Wednesday, December 2, 2009

cerita Dayak

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh9fPHUezDpZKrVHmwB9yrPI1GSt-J76wAltBlqdc1r_038CiRfQMDtM17GqLYx08-C7WVSxpN68iNCodXTZ2AcJWCIx40liU4Rc7qTU7Ztm4WGH05jbaFpXcBtQf9Y0KxHoxyjXJdXC_ED/s1600/195.JPGTampilkan posting dengan label dara hitam. Tampilkan semua posting PULANG PALIH DAN DARA HITAM Diposkan oleh Yohansen Borneo On 7:43 AM 0 komentar Dara Hitam seorang anak tungal Patih Gumantar, Patih Gumantar seorang yang sangat berpengaruh di zamannya. Ia hidup mewah dan jaya. Karena jayanya banyak kerajaan kecil tetangga ingin merebutnya. Zaman itu masih perang kayau-mengayau. Kerajaan MIAJU nekat menyerangnya. Datanglah dengan kekuatan yang lebih besar, yang benar-benar telah mengalahkan kerajaan Patih Gumantar. Tengkorak kepala Patih Gumantar, telah terkayau oleh Miaji dan dibawa serta kekerajaannya. Tengkorak hasil kayauan adalah satu kasiat penting dalam hidup bertani dan lain-lain bagi suku Daya. Maka hilanglah segala kasiat dan kemujuran hidup seluruh sukunya. Tengkorak Patih Gumantar telah disimpan dalam Tajo Tarus raja Biayu. Dijaga ketat, jangan sampai hilang. Dara Hitam makin besar dan telah menjadi seorang “BALIAN”, seorang dukun yang disenangi oleh rakyatnya. Ramuan kayu-kayuan dan akar-akar kayu hutanlah yang menjadi obatnya. Hingga sekarang ini campuran kimiahnya masih berlaku untuk suku Dayak sekampung. Dara Hitam sering diundang orang berdukun berkeliling kampung. Ia terundang ke kampung tetangganya di dekat Sungai Tenganap, daerah Tembawang Selipat kampungnya. Pendukunannya sering berlangsung berminggu-minggu, menurut adat. Masa pendukunannya, selalu ia pergi turun mandi ke sungai Tenganap yang mengalir melewati perumahan raja Pulang Palih. Sedang Dara Hitam mandi, tercabutlah sehelai rambut panjang, panjang sekali sehingga memenuhi sebuah bokor kuningan ringan hanyut. Benar-benar telah hanyut terbawa air melewati pengawal raja Pulang Palih yang sedang mandi pula. Bokor ini telah menarik perhatiannya dan dicapainya. Mereka melihat rambut penuh dalamnya. Merreka coba menariknya hemat. Seorang menariknya heran. Rambut ini tak pernah aada habisnya. Sangat panjang. Hal ini dikabarkan pada raja. Rajapun menjadi heran tercengang dan ingin mencari orang yang memilikinya. Mereka berunding. Jalan apakah dan dimanakah pemilik rambut ini berada. Mereka berkesimpulan, tentu si pemilik rambut sepanjang ini berada di hulu sungai. Baiklah sungai ini kita susuri. Mudah-mudahan bertemu dengan orangnya. Berangkatlah menumpang sampan bersama-sama raja. Berkayuhlah sambil membayangkan seorang gadis cantik yang memilikinya. Jauh sudah mereka berkayuh, terpandanglah sebuah rumah berhias rapih, tanda sedang berdukun menurut adat suku Daya. Anak buah raja coba bertanya, kalau-kalau ada yang berambut panjang di dalam kampung ini. Kebetulan ada seorang anak yang datang menimba air. Ia telah menyampaikan keterangan yang jelas. Disini ada seseorang yang memilikinya. Sayang ia sedang berdukun. Info ini telah dimanfaatkan oleh raja Pulang Palih. Ia berpura-pura sakit dalam sampan. Minta pertolongan segera dalam sampan saja. Anak buahnya pergi mengundang Dara Hitam untuk meminta pertolongan. Kendati ini hanya siasat untuk merenggut Dara Hitam. Sifat Dara Hitam yang suka menolong, tanpa berpikir telah mengiakan permintaan yang nampak serius itu. Ia pergi dengan segala ramuannya. Sedang ia melangkah masuk sampan, anak buah raja Pulang Palih memutuskan tali sampan dan berkayuh sekuat tenaga. Sampan bagaikan peluru ditembakkan, menyebabkan Dara Hitam menyerah kepada kemauan raja Pulang Palih. Dara Hitam telah masuk perangkap raja Pulang palih. Dara hitam terbenamlah ke alam khayal. Meninggalkan daerah Tembawang Selipat, menuju daerah Tembawang Ambator. Sekali Dara Hitam sadar, ia telah berada dalam perangkap penipuan Pulang Palih. Raja Pulang Palih adalah keturunan raja Jawa di Banten. Perahu meluncur kencang, tak tertahan oleh seorang juapun. Sebentar saja sudah sampai ke sungai Sepatah, daerah Tembawang Ambator Anggarat. Dara Hitaam disambut meriah oleh seluruh isteri raja Pulang Palih. Raja Pulang Palih mulai merayu Dara Hitam. Segala latar belakang hidup Dara Hitam ditanyakan manis. Kemudian melahirkan maksud, untuk mengawininya. Dengan perasaan halus tersembunyi dalam kalbu, Dara Hitam tidak mau menolak secara kasar. Dara Hitam memberikan tantangan. “Kalau kiranya raja sanggup mengembalikan tenggorak kepala bapak saya, bolehlah raja mengawini saya”. Hanya satu alasan menolak maksud raja, karena benaknya selalu membayangkan Riya Sinir the first lovenya. Riya Sinir yang selalu menjadi kenangan setiap masa. Raja mengajak dan memaksanya kawin. Paksaan yang sukar ditolak. Dara Hitam selalu mengajukan, sebagai bukti stah perkawinan, harus tengkorak kepala bapak saya musti diambil. Suatu tantangan berat bagi raja. Karena terus dituntut Dara Hitam, terpaksa raja berusaha, berikhtiar mendapatkannya. Rakyat mengumpulkan seluruh rakyatnya untuk meminta pendapat. Mereka berunding dengan kesimpulan harus membuat satu jong yang dapat bermuatan perlengkapan perang. Mereka telah mengetahui, bahwa kepala ini tentu disimpan dan dijaga ketat. Untuk mendapatkannya haris mengadakan perlawanan yang sengit. Raja memerintahkan mencari kayu yang paling baik untuk jong. Rakyat memilih kayu merbau. Kayu ini oleh orang lain menyebutnya kayu melabo. Pergilah mereka mencarinya dan telah diketemukan di tepi sungai Sepatat. (tunggul kayu bekasnya masih sempat saya saksikan). Zaman batu masih menguasai mereka. Segala alat terbuatdari batu, menuju pokok kayu merbau. Dengan susah payah mereka menebangnya, tak berhasil. Cara menggunakannya masih sukar sekali. Mereka mengikatkan kampak batu dengan tali rotan kesebilah kayu gagangnya. Kayu ini ditebang, hampir setengah terpotong, malampun menudungi bumi, menghalangi mereka menyelesaikannya. Pulanglah mereka. Pagi-pagi besok harinya mereka datang lagi untuk meneruskan menebangnya. Dari kejauhan, nampak jelas kayu itu telah bertaut kembali. Tapi mereka tak berputus asa untuk menebangnya kembali, walaupun mereka telah merasa heran dengan kejadian itu. Kayu ditebang lagi. Setelah sore hari, ternyata kayu itu tertebang setengah bagian seperti kemarin. Mereka meninggalkannya. Besoknya mereka kembali dan melihat, suatu keadaan yang sama seperti kemarin. Mereka manjadi kecewa. Kutipan : Buku Sejarah-sejarah Kerajaan di Kalimantan Barat (1974) Dara Hitam seorang anak tungal Patih Gumantar, Patih Gumantar seorang yang sangat berpengaruh di zamannya. Ia hidup mewah dan jaya. Karena jayanya banyak kerajaan kecil tetangga ingin merebutnya. Zaman itu masih perang kayau-mengayau. Kerajaan MIAJU nekat menyerangnya. Datanglah dengan kekuatan yang lebih besar, yang benar-benar telah mengalahkan kerajaan Patih Gumantar. Tengkorak kepala Patih Gumantar, telah terkayau oleh Miaji dan dibawa serta kekerajaannya. Tengkorak hasil kayauan adalah satu kasiat penting dalam hidup bertani dan lain-lain bagi suku Daya. Maka hilanglah segala kasiat dan kemujuran hidup seluruh sukunya. Tengkorak Patih Gumantar telah disimpan dalam Tajo Tarus raja Biayu. Dijaga ketat, jangan sampai hilang. Dara Hitam makin besar dan telah menjadi seorang “BALIAN”, seorang dukun yang disenangi oleh rakyatnya. Ramuan kayu-kayuan dan akar-akar kayu hutanlah yang menjadi obatnya. Hingga sekarang ini campuran kimiahnya masih berlaku untuk suku Daya sekampung. Dara Hitam sering diundang orang berdukun berkeliling kampung. Ia terundang ke kampung tetangganya didekat Sungai Tenganap, daerah Tembawang Selipat kampungnya. Pendukunannya sering berlangsung berminggu-minggu, menurut adat. Masa pendukunannya, selalu ia pergi turun mandi ke sungai Tenganap yang mengalir melewati perumahan raja Pulang Palih. Sedang Dara Hitam mandi, tercabutlah sehelai rambut panjang, panjang sekali sehingga memenuhi sebuah bokor kuningan ringan hanyut. Benar-benar telah hanyut terbawa air melewati pengawal raja Pulang Palih yang sedang mandi pula. Bokor ini telah menarik perhatiannya dan dicapainya. Mereka melihat rambut penuh dalamnya. Merreka coba menariknya hemat. Seorang menariknya heran. Rambut ini tak pernah aada habisnya. Sangat panjang. Hal ini dikabarkan pada raja. Rajapun menjadi heran tercengang dan ingin mencari orang yang memilikinya. Mereka berunding. Jalan apakah dan dimanakah pemilik rambut ini berada. Mereka berkesimpulan, tentu sipemilik rambut sepanjang ini berada di hulu sungai. Baiklah sungai ini kita susuri. Mudah-mudahan bertemu dengan orangnya. Berangkatlah menumpang sampan bersama-sama raja. Berkayuhlah sambil membayangkan seorang gadis cantik yang memilikinya. Jauh sudah mereka berkayuh, terpandanglah sebuah rumah berhias rapih, tanda sedang berdukun menurut adat suku Daya. Anak buah raja coba bertanya, kalau-kalau ada yang berambut panjang di dalam kampung ini. Kebetulan ada seorang anak yang datang menimba air. Ia telah menyampaikan keterangan yang jelas. Disini ada seseorang yang memilikinya. Sayang ia sedang berdukun. Info ini telah dimanfaatkan oleh raja Pulang Palih. Ia berpura-pura sakit dalam sampan. Minta pertolongan segera dalam sampan saja. Anak buahnya pergi mengundang Dara Hitam untuk meminta pertolongan. Kendati ini hanya siasat untuk merenggut Dara Hitam. Sifat Dara Hitam yang suka menolong, tanpa berpikir telah mengiakan permintaan yang nampak serius itu. Ia pergi dengan segala ramuannya. Sedang ia melangkah masuk sampan, anak buah raja Pulang Palih memutuskan tali sampan dan berkayuh sekuat tenaga. Sampan bagaikan peluru ditembakkan, menyebabkan Dara Hitam menyerah kepada kemauan raja Pulang Palih. Dara Hitam telah masuk perangkap raja Pulang palih. Dara hitam terbenamlah ke alam khayal. Meninggalkan daerah Tembawang Selipat, menuju daerah Tembawang Ambator. Sekali Dara Hitam sadar, ia telah berada dalam perangkap penipuan Pulang Palih. Raja Pulang Palih adalah keturunan raja Jawa di Banten. Perahu meluncur kencang, tak tertahan oleh seorang juapun. Sebentar saja sudah sampai ke sungai Sepatah, daerah Tembawang Ambator Anggarat. Dara Hitaam disambut meriah oleh seluruh isteri raja Pulang Palih. Raja Pulang Palih mulai merayu Dara Hitam. Segala latar belakang hidup Dara Hitam ditanyakan manis. Kemudian melahirkan maksud, untuk mengawininya. Dengan perasaan halus tersembunyi dalam kalbu, Dara Hitam tidak mau menolak secara kasar. Dara Hitam memberikan tantangan. “Kalau kiranya raja sanggup mengembalikan tenggorak kepala bapak saya, bolehlah raja mengawini saya”. Hanya satu alasan menolak maksud raja, karena benaknya selalu membayangkan Riya Sinir the first lovenya. Riya Sinir yang selalu menjadi kenangan setiap masa. Raja mengajak dan memaksanya kawin. Paksaan yang sukar ditolak. Dara Hitam selalu mengajukan, sebagai bukti stah perkawinan, harus tengkorak kepala bapak saya musti diambil. Suatu tantangan berat bagi raja. Karena terus dituntut Dara Hitam, terpaksa raja berusaha, berikhtiar mendapatkannya. Rakyat mengumpulkan seluruh rakyatnya untuk meminta pendapat. Mereka berunding dengan kesimpulan harus membuat satu jong yang dapat bermuatan perlengkapan perang. Mereka telah mengetahui, bahwa kepala ini tentu disimpan dan dijaga ketat. Untuk mendapatkannya haris mengadakan perlawanan yang sengit. Raja memerintahkan mencari kayu yang paling baik untuk jong. Rakyat memilih kayu merbau. Kayu ini oleh orang lain menyebutnya kayu melabo. Pergilah mereka mencarinya dan telah diketemukan di tepi sungai Sepatat. (tunggul kayu bekasnya masih sempat saya saksikan). Zaman batu masih menguasai mereka. Segala alat terbuatdari batu, menuju pokok kayu merbau. Dengan susah payah mereka menebangnya, tak berhasil. Cara menggunakannya masih sukar sekali. Mereka mengikatkan kampak batu dengan tali rotan kesebilah kayu gagangnya. Kayu ini ditebang, hampir setengah terpotong, malampun menudungi bumi, menghalangi mereka menyelesaikannya. Pulanglah mereka. Pagi-pagi besok harinya mereka datang lagi untuk meneruskan menebangnya. Dari kejauhan, nampak jelas kayu itu telah bertaut kembali. Tapi mereka tak berputus asa untuk menebangnya kembali, walaupun mereka telah merasa heran dengan kejadian itu. Kayu ditebang lagi. Setelah sore hari, ternyata kayu itu tertebang setengah bagian seperti kemarin. Mereka meninggalkannya. Besoknya mereka kembali dan melihat, suatu keadaan yang sama seperti kemarin. Mereka manjadi kecewa. Pendahuluan Kira-kira pada tahun 1370, tarikh masehi, kampung Jering, Kec. Ngabang Kabupaten Landak sekarang, terkisahlah dua orang bernama KALEDER seorang lelaki dengan seorang perempuan bernama ANTEBER. Keduanya terkenal pada masa itu dan tidak terlupakan oleh penduduknya hingga sekarang ini, karena merekalah awal mulanya suku KENDAYAN. Kira-kira tahun 1377 tarikh masehi lahirlah seorang anak mereka yang bernama RIYA JAMBI. Kemudian Riya Jambi kawin dengan seorang perempuan bernama NGANTAN BARANGAN. Seorang peerempuan yang berasal dari gunung Bawang daerah Sambas. Mereka telah dikaruniakan lima orang anak laki-laki. Masing-masing bernama : Riya Kanu, Riya Tano, Riya Rinding, Riya Tanding, dan kelima Riya Jane.lanjutan cerita Pulang Palih dan Dara Hitam) Pulang Palih dan Riya Sinir dalam kekecewaan ini, Dara Hitam masuk campur. Ia mendatangi raja dan menganjur seorang yang bernama Riya Sinir untuk menebangnya. Raja menerima tawaran ini. Riya Sinir diundang. Pesuruh raja telah mendatangi kampung halaman Riya Sinir, mengundangnya sopan. Riya Sinir pun mempunyai sifat rela menolong. Tanpa komentar, ia berangkat menuju ke istana raja Pulang Palih. Ia menghadap raja. Raja menawarkan untuk menebang kayu merbau bakal jong. Riya sinir mengatakan, saya akan coba. Tapi mungkin tak bias, sebab, sedangkan anak buah raja tak sanggup apalagi saya. Ia dianjurkan coba. Iapun pergi melakukan permintaan ini. Sekali dua, , Riya Sinir mengayuhkan kampaknya, tumbanglah kayu merbau yang besar itu. Seluruh rakyat dan rajapun menjadi tercengang. Riya Sinir pamitan pulang ke kampungnya. Raja Pulang Palih tidak menahannya. Rakyat Pulang Palih mulai mengerjakan untuk jong. Beramai-ramai mereka menyelesaikannya. Jong telah selesai rapih, sedia akan diluncurkan. Seluruh rakyat dikerahkan untuk mendorong ke sungai. Segala tenaga dan potensi telah dikerahkan. Bergerakpun tidak. Rakyat dan rajapun bingung pula. Dara Hitam mengusulkan supaya mengundang lagi Riya Sinir untuk menolongnya. Ia dipanggil. Ia datang menghadap raja. Iapun ditawarkan untuk meluncurkan jong yang telah siap berangkat menuju Miaju. Riya Sinir mengajukan syaratnya. Boleh saya menolongnya, tapi harus menyediakan tujuh perempuan hamil tua/hampir melahirkan, anak sulung. Ketujuh orang ini bakal menjadi bantalan alas jong yang akan diluncurkan. Raja menjadi pucat ketakutan dengan syarat yang dahsyat itu.”Itu musti!” kata Riya Sinir. Riya Sinir menambah syarat. Perlu tujuh buah telor ayam, yang pertama ditelurkan oleh ayam yang pertama kali bertelor. Tiga gantang uang logam, campuran perak, tembaga dan uang timah. Kesemuanya ini tidak boleh ditawar. Jika kurang, pasti rencana akan gagal seluruhnya. Terpaksa raja berusaha sekuat tenaga untuk mencari dan memenuhinya, demi suksesnya pernikahannya dengan Dara Hitam. Semua telah lengkap, ketujuh perempuan mengandung rebah tidur terlentang berjejer di depan jong. Jong akan meluncur melalui ketujuh perut berisi itu. Rakyat memandang ngeri dan sedih. Ada yang tak sanggup memandangnya. Perlahan-lahan Riya Sinir berjalan ke buritan jong. Dengan saktinya ia menepuk sekali buritan, jong meluncur rapih melalui perut-perut satu persatu hingga mengepung ke air. Ketujuh wanita ini, disuruh berdiri. Seluruhnya didapati dalam keadaan sehat, tak terganggu sedikitpun kesehatannya. Malah mereka lebih sehat dari semula. Telor ayam, ketujuh buah disuruhnya dieramkan. Semuanya telah menetas, keluarlah ayam-ayam jago yang pandai berkokok pula. Jong diperintahkan untuk diisi seluruh perlengkapan perang. Riya Sinirpun ditunjuk Raja memimpin perang, merebut tengkorak Patih Gumantar di bawah kekuasaan raja Miaju. Sebelum mereka berangkat, raja Pulang Palih telah berjanji-janji akan mengaruniakan sesuatu untuk Riya Sinir, bila kembali berhasil membawa tengkorak Patih Gumantar. Ajong (jung) penuh perlengkapan, berangkatlah mereka menuju kerajaan Miaju. Ajong dikayuhkan secepat burung Bengkala. (Burung sakti yang kencang terbang). Malam, kira-kira pukul satu, tibalah mereka ke pulau Miaju. Mereka mengintai terlebih dahulu. Kelihatan pondok penyimpanan tajau Tarus berisi tengkorak Patih Gumantar, dijaga ketat rapih. Riya Sinir Mempunyai I.Q. yang cukup tinggi. Dengan hati-hati pada malam itu ia mengangkut segal a uang yang telah dibawanya. Sengaja dihambur-hamburkannya ke tempat penimbaan air. Ada uang yang diikat-ikatnya dan dilempar sangkutkan sengaja ke atas pojok beracun seperti tuba. Uang bertaburan dibuatnya. Ajongnya dikayuh jauh ke hilir. Pagi-pagi orang datang menimba air. Terlihatnya uang bertaburan, bagaikan hujan tercurah dari langit rasanya. Pulanglah mereka memberitahukan kepada seluruh isi rumah panjangnya. Tanpa berpikir sesuatu berduyun-duyunlah mereka datang memungutnya. Belum puas mereka mengumpulkan yang bertaburan di tanah, pokoknya kayu bergantung uangpun segera ditebangnya. Kayu itu dipotonh-potongnya dan telah meracuni ikan yang dalam sungai. Lupalah mereka akan tajo Tarus berisi tengkorak Patih Gumantar. Dengan tenang Riya Sinir mengangkat tempayan berisi tengkorak dan dibawanya ke ajong. Riya Sinir memerintahkan “Ayoh, berkayuhlah, sekuat tenagamu, awas jangan sampai terkejar musuh!” Ajong dikayuhkan bagaikan meluncurkan di atas banjir deras mengikuti arusnya. Tak henti-hentinya mereka berkayuh, tibalah mereka dengan selamat ke istana raja Pulang Palih. Riya Sinir mengangkat tempayan berisi tengkorak Patih Gumantar, disaksikan raja dan Dara Hitam. Dara Hitam menyungguhkan kepala/tengkorak bapaknya. Raja teringat akan janjinya, untuk memberikan hadiah kepada Riya Sinir. Seluruh isterinya dikemaskan, berdandan sehebat mungkin. Riya Sinir menunggu dengan sabar akan undangan raja. Seluruh isteri raja, enam orang telah siap menunggu. Riya Sinir diundang masuk dan dipersilahkan memilih sesuka hati, salah satu dari isterinya untuk menjadi isterinya. Isteri-isteri raja memang cantik, tapi tak ada satupun yang telah merobah hati Riya Sinir. Riya Sinir selalu mengenangkan Dara Hitam buah hatinya. Dengan ilmu saktinya, dipegangnya sekerat sirih, dilicut-licutkannya. Dilepaskannya menjadi seekor kunang-kunang bercahaya. Riya Sinir berkata:”Kepada siapa kunang-kunangku ini hinggap, ialah yang menjadi isteriku.”Raja kebingungan memikirkannya. “Aduh kalau kunang-kunang terbang menuju ke dapur. Dara Hitam berada dan memang disimpan sengaja di dapur, digosok arang dapur,”(sejak inilah ia diberi nama Dara Hitam). Sangkaan sang raja, menjadi kenyataan. Kunang-kunang Riya Sinir, terbang menuju ke dapur dimana Dara Hitam disembunyikan. Sementara kunang-kunang ini terbang parlahan-lahan menuju dapur, Riya Sinir mengulang-ulangi perkataannya:”Kepada siapa kunang-kunang ini hinggap, dialah yang jadi isteriku.”Sang raja makin bingung dan gelisah. Kunang-kunang diikuti. Tetap disorot oleh kedua bola mata sang raja. Kunang-kunang masuk ke dapur. Raja hampir pingsan melihatnya. Sangat kecewa ia. Tapi janji harus ditepati. Seorang raja menjaga gengsi, tak mau mungkir janji. Riya Sinir masuk dapur, melihat Dara Hitam berbedakkan arang, segera dirangkulnya manis, bagaikan mendapat sebuah batu ratna manikam yang hilang. Senyum manis tetap melekat pada raut muka Dara Hitam. Sambil berangkulan mesra, menujulah mereka menghadap sang raja yang sedang tunduk kesedihan. Keduanya mengetahui jelas, bahwa mendapatkan tengkorak bapak Dara Hitam, adalah satu hati bahagiayang direncanakan oleh Pulang Palih. Sekarang terbalik menjadi satu perpisahan yang tak akan bertemu lagi. Di depan raja, keduanya memohon diri, pulang ke kampung halamannya Riya Sinir.dengan sedih, kedua alat penglihat sang raja menyemburkan air mata, sambil berpesan: “Riya Sinir, tak akan kutahankan pilihanmu, hanyalah saya mohon kiranya kandungan Dara Hitam, melahirkan seorang lelaki, ia adalah anakku. Bilamana ia melahirkan seorang perempuan, biarlah ia menjadi Dara Hitam.” Dengan perasaan jujur, Riya Sinir menjawab “Ya!” berangkatlah mereka pulang. Setiba ke kampung halamannya, merreka disambut meriah oleh bapaknya (Riya Jambi). Dianggapnya suatu kemenangan perang. Mereka segera mengumpulkan seluruh kaum keluarga untuk melaksanakan pesta. Pesta adat di zamannya, hanyalah menghidang berupa daging binatang peliharaan, binatang buruan, kulat, karang, dan buah-buahan hutan. sumber : Buku Kerajaan-kerajaan di Kalimantan Barat ,

No comments:

Post a Comment

<